Dalam Mendukung Harkamtibmas, Sat Binmas Kumpulkan Da’i Kamtibmas Dalam Focus Group Discussion (FGD) Untuk Sinergitas Polri dan Ulama Dalam Menangkal Radikalisme.
Kegiatan dihadiri oleh Kapolres Lampung Tengah AKBP Popon Ardianto Sunggoro, S.IK., S.H, Waka Polres Kompol Suparman, S.Pd. M.M, Ketua MUI Lampung Tengah H.R. Mutawali, Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan, Dai Kamtibmas Prov Lampung Drs. H. Sulaiman Bardan, Ketua berikut anggota Dai Kamtibmas se Lampung Tengah serta Seluruh Kanit Binmas Polsek Jajaran Polres Lampung Tengah.
Kegiatan dibuka oleh Kapolres Lampung Tengah AKBP Popon Ardianto Sunggoro, S.IK., S.H menyambut baik dalam terselenggaranya acara FGD saat ini, bahwa kita sering mendengar Radikalisme sering dikaitkan dengan Terorisme menganggap kaum yang paling benar dan yang lain yang tidak sepaham dianggap salah.
Menurut Popon, ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya faham Radikalisme seperti Faktor Pemikiran, Faktor Ekonomi, Faktor Politik, Faktor sosial, Faktor Psikologis dan Faktor Pendidikan.
Untuk menyikapi permasalahan tersebut perlu adanya strategi agar tidak mudah percaya paham radikalisme dan terorisme yaitu dengan langkah-langkah memperkenalkan Ilmu pengetahuan dengan baik dan benar, meminimalisir kesenjangan sosial, menjaga persatuan dan kesatuan,mendukung aksi perdamaian.
Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan dalam paparannya menyampaikan tentang perkembangan radikalisme di Indonesia dan peran tugas penting Da’i Kamtibmas dalam menangkal paham Radikalisme di masyarakat.
Menurut Ken, radikalisme di Indonesia sudah masuk dan menyusup ke semua lini masyarakat, yang terpapar mulai pegawai ASN, TNI/POLRI dan tidak hanya menyasar kalangan dewasa dan kalangan muda saja, tapi lintas usia, bahkan kini mereka menyasar sampai Pendidikan Usia Dini (PAUD).
Banyak kita jumpai sekarang anak anak sudah berani menghujat dan mencaci maki bahkan mengancam presiden dan aparat, beberapa aksinya di abadikan dalam video pendek dan disebarkan lewat media sosial.
Ken bercerita saat dirinya berkunjung ke beberapa negara di timur tengah, diantaranya adalah dua negara yang saat ini masih berkonflik yaitu Palestina dan Israel, Ken bertanya, kenapa tentara Israel begitu kejam membunuh warga Palestiana, bukan hanya kalangan dewasa saja, tapi juga anak anak menjadi sasaran.
Bukan mendapatkan jawaban, justru Ken malah ditanya balik apakah sudah pernah bertanya kepada anak anak di Palestina ketika mereka ketemu dengan tentara Israel ? Bunuh…!!! Anak anak di didik dan di cuci otak dari usia dini untuk membunuh.
Awalnya masih kurang percaya, tapi setelah kroscek ternyata informasi itu benar adanya, ada radikalisasi dari usia dini dan saat ini di Indonesia misi ini sudah mulai marak di lakukan oleh sekekompok organisasi radikal atas nama agama lewat jalur pendidikan dan tayangan kartun anak anak.
Ken berharap Perpres No.7 Tahun 2021 Tentang Pencegahan dan Penangggulangan Terorisme dapat mempersempit dan memutus mata rantai pergerakan radikalisme di Indonesia. Tutup Ken.