Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, melaksanakan Peresmian Monumen Moderasi Beragama dengan mengusung tema Penguatan Peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dalam Mengukuhkan Spirit Moderasi Beragama, Menyongsong Era Indonesia Emas 2045. Bertempat di Kampus 2 IAIN Metro, Jumat (17-12- 2021).
Setelah peresmian monumen dilanjutkan dengan acara Focus Group Discussion dengan tema penguatan peran PTKIN dalam mengukuhkan spirit moderasi beragama di Aidia Hotel Metro.
Tutut hadir sebagai narasumber Direktur Pencegahan BNPT RI Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid, Rektor IAIN Metro, Siti Nurjanah, Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan, dan tamu undangan para rektor dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dari berbagai wilayah se-Indonesia.
Brigjen Nurwahid dalam sambutannya mengatakan, militan moderasi beragama itu wajib. Militan dalam menyebarkan konten-konten perdamaian, konten-konten akhlakul karimah.
Menurutnya, Allah mewajibkan para hamba-Nya untuk membentuk umat yang tawasut atau umat yang moderat. Selain itu, ia menambahkan hanya umat yang di tengah-tengah saja yang dapat melakukan. “Jika condong ke kiri atau ke kanan, maka tidak moderat dan tidak rahmatan lil alamin,” ujarnya.
Siti Nurjanah selaku Rektor IAIN Metro, mengungkapkan, agar peresmian monumen beragama ini dapat membawa berkah.
Ia juga menjelaskan mengenai maksud bentuk monumen berbentuk bola dunia dengan teks moderasi beragama dan enam simbol rumah ibadah yang mewakili agama-agama yang ada di Indonesia.
Mengenai posisi simbol keagamaan yang sejajar memberikan makna bahwa umat beragama, apa pun agamanya memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam moderasi. “
Karena semua umat beragama mempunyai potensi untuk menjadi ekstrem, sekaligus juga bisa menjadi rahmat,” terangnya.
Ken Setiawan mengatakan, sebagai seorang yang pernah terpapar radikalisme sangat mengapresiasi peresmian monumen moderasi beragama guna mempromosikan nilai-nilai keagamaan yang moderat, toleran, tenggang rasa, dan tidak menyalahi pemahaman orang lain.
Monumen moderasi beragama ini merupakan monumen pertama di seluruh PTKIN se-Indonesia. Jelas Ken.
Ken berharap, dengan adanya monumen tersebut tidak hanya sebagai spot foto saja. Namun, sebagai pengingat akan pentingnya moderasi dalam beragama demi menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kita harus waspda bahwa saat ini ancaman ada dalam genggaman kita, banyak informasi hoax berseliweran lewat media sosial, jadi masyarakat harus kritis terhadap informasi yang diterima, jangan sampai menjadi korban hoax atau menjadi pelaku pelanggaran UU ITE karena turut menyebarkan informasi yang belum jelas sumbernya. Tutup Ken.